|
Post by rimaws on Sept 30, 2015 14:42:59 GMT 7
Oleh: Rima W. Sejati Beras dari sebuah kekas. Dalam tahun-tahun yang keriput. Seperti wajahnya yang menciut, Karena tua. Sawah dari bajak tak terhitung. Bergeming dalam puluhan abad. Hanya gemerincing upeti, Yang terdengar setiap panen. Petani dari pagi buta, hingga senja menjemput. Menanam peluh dan air mata. Wujud tangan Tuhan, Untuk perut pelahap. Harga apa yang terbayar, Dari setiap butir harapan. Hanya kulit yang melegam, karena terik. Dan tapak kaki yang keras mengapal. Terbalas, dengan sawah yang mengeras. Padi yang tumbuh menjadi gedung-gedung angkuh serakah. Bulldozer, yang membajak hingga puing dan debu. Petani yang semakin merunduk tak berdaya. :Belajar menulis (Tangerang, 10 September 2008) bumirakyat.wordpress.com/2015/09/28/rakyat-malang-aksi-solidaritas-untuk-salim-kancil/Salim Kancil Gugur.. Ketika Rakyat Dibiarkan Membela Tanah Dan Air Sendiri Tanpa Perlindungan Dari Negara..
|
|